Chapter 1:
Enggak ada suami istri itu saling tanya "Lantas, mau kamu gimana?" dan mensyaratkan satu dengan lain untuk menjadi orang yang dikehendaki pasangannya. Saya rasa tidak begitu cara berumah tangga. Karena nanti, kalau sewaktu-waktu orang itu kembali kepada karakter dirinya, ya bisa ribut lagi dengan alasan "Kan dulu sudah ada perjanjian mau begini. Atau begitu. Tapi enggak kejadian."
Menurut saya, dengan saling sayang, semua ketidaksempurnaan akan tertutup. Nah, bagaimana memelihara sayang itu?
Dengan menjaga omongan. Jangan berkata yang kasar kepada istri atau suami.
Saling menghormati. Hargai setiap jerih upaya masing-masing dan hargai saat mau waktu sendiri. Karena di kantor mungkin sedang capek, mungkin sedang ada masalah, kadang tidak semua bisa dibicarakan saat itu juga kepada pasangan.
Ke tiga, ya disyukuri. Bersyukur dengan apa yang ada. Jangan cari yang enggak ada.
Chapter 2:
"Tidak semua perkataan perempuan / istri itu harus dimengerti. Cukup didengarkan saja. Karena namanya perempuan, kadang lompatan konteks pembicaraan itu terlalu cepat dan jauh; padahal kita (lelaki) masih mikir dengan apa yang baru saja dia katakan. Nah, kalau sudah lompat-lompat gitu ya didengarkan saja. Enggak perlu dimengerti isinya. Yang perlu dimengerti adalah, bahwa dia lagi butuh didengarkan."
2017: Tentang Tuhan
Nooooo!
Get out, get out!
I want to get out!
Bunda, wake up! Do not sleep there, there's a snake!
Kata Luna, di suatu pagi buta, terbangun dari mimpinya.
There was a snake.
It is small. It is bleeding.
It is okay. Ada bunda dan bubu, jangan takut lagi. Seprainya sudah diangkat, sudah diganti enggak ada lagi ular dan darah. Lagian, itu mimpi bukan betul-betul kejadian.
Ada Bunda ya.
Emang Bunda enggak takut ular?
And I was like hit by thunder.
Of course, I am sooooo afraid with snakes.
And Luna knows that.
Hmmm, aku takut juga sih sama ular.
Nanti kalau ada lagi, kita pukul aja. Oke?
Luna thinks for a while.
Luna mau berdoa aja.
I might have died being hit by thunder twice.
But her words are so ... thundering and englightening.
And I think it was the moment she learns about the Almighty.
The concept of God when she has no trust on power within and around her.
... and I learnt a lesson.
Get out, get out!
I want to get out!
Bunda, wake up! Do not sleep there, there's a snake!
Kata Luna, di suatu pagi buta, terbangun dari mimpinya.
There was a snake.
It is small. It is bleeding.
It is okay. Ada bunda dan bubu, jangan takut lagi. Seprainya sudah diangkat, sudah diganti enggak ada lagi ular dan darah. Lagian, itu mimpi bukan betul-betul kejadian.
Ada Bunda ya.
Emang Bunda enggak takut ular?
And I was like hit by thunder.
Of course, I am sooooo afraid with snakes.
And Luna knows that.
Hmmm, aku takut juga sih sama ular.
Nanti kalau ada lagi, kita pukul aja. Oke?
Luna thinks for a while.
Luna mau berdoa aja.
I might have died being hit by thunder twice.
But her words are so ... thundering and englightening.
And I think it was the moment she learns about the Almighty.
The concept of God when she has no trust on power within and around her.
... and I learnt a lesson.
2017 tentang fungsi dan hati
Selama sekian tahun, weekend seringkali disisipi dengan reminder-reminder untuk menjadi normal dengan mandi. Pagi atau sore, atau salah satu diantaranya. Karena sewajarnya mandi itu dua kali sehari.
"Sudah mandi belum?"
"Guys, mandi."
"Kok belum mandi?"
"Ya ampuuuuuuun pada belum mandiiiiii... mandi sana!"
Hingga, hari itu tiba. Hari yang wajar. Dimana setiap weekend tiba, tidak lagi menjadi weekend yang tidak normal karena dia dan mereka selalu mandi dan wangi tanpa disuruh.
Lalu?
Iya, lalu apa kalau sudah mandi?
Tidak lantas setelah mandi kemudian dihujani pujian-pujian surgawi, ternyata.
Tidak semerta-merta setelah mandi akan dipeluk dan dicium juga, ternyata.
Sudah mandi, ya sudah. Hening.
Lalu, yang kemarin ribut-ribut suruh mandi itu untuk apa?
Saat itu, saat dimana semua berjalan normal, weekend jadi enggak normal lagi. Karena enggak ada lagi suruh-suruhan mandi, suruh-suruhan makan, dan jadinya diem-diem aja. Dan seseorang baru saja terhenyak, bahwa selama ini sehari-hari komunikasi mereka hanyalah sebatas fungsi.
Di tahun 2017 ini, dikasih kesempatan untuk belajar (lagi) memilih mana hal penting yang lebih penting dari semua hal. Belajar untuk bertanya ke diri sendiri soal 'then what if they do what I say?' sebelum meminta suami dan anak-anak melakukan sesuatu.
Let's cut the crap from the question of Which Mom Are You?
A few years back, social media was being fussy about working mom versus stay at home home. What a nonsense brag! Since I went through both and also had a chance of being a working-from-home mom, it is even more ridiculous for me. Only stupid have a time discussing it and to elaborate on their social media status. Whoever we are, what kind of mom we are, what matters most is how we can make our life productive and progressing. Every single day.
Different mom has different ways of being productive. Some goes to work. Some clean up and cook for the family. Some works at home by selling stuffs online or being a freelancer. Productive means to produce something. Be it money, the foods, you name them all. But the question is, is productive enough? How about having a progressing life? Not as the wife of Mr. Blabla or as the mom of kid Zubidudamdam. But us, as a person. Me, as Wury; a 38 years old woman and how far I have made progress in my life.
BUT. Let alone of being progressive, ... are we even productive?
This question stroke me a few weeks ago, when my preschooler rejected to school and said that she wants to be at home. "Like Bunda (mom) who is having endless holiday. I am not going to school"
I was sooo broken hearted. But then I learnt that her words should be a motor for me to keep moving. Ever since, I cook more. I bake more. I craft more and ... I learn more.
Being productive and progressing doesn't mean we need to do it all at the same time. We can start by being productive, and when we are tired, we can try to be more progressive by sharpening our soft skills. We can learn new things, meet new people for broader perspective or meet old friends for venting out. Or, we can register an online course.
There are so many online courses that is held by reputable universities in the whole wide world. I have tried some courses in Coursera and now I am taking one in EDX. Most courses are 10 weeks long and we can pursue the achievement certification or we can convert it to 1 semester credit (depends on the university). To me, EDX is more interesting because it is more interactive and the videos are not only from the scholars but also from the point of view of people, real managers and experts. I am sure there are lots of more courses or activities we can choose for self-feed and you can share them to me.
From time to time; we, women, need to be able to empower ourself and I wish us good luck.
Tentang kamu di suatu pagi
Saat itu. Aku, aki dan dirimu; La Luna.
Naik motor di pagi hari, mengantarmu bersekolah untuk belajar dan berlari-lari.
Kamu di paling depan dan aku di paling belakang.
Kamu pegang erat batang spion motor dan menikmati pemandangan.
Melihat ke kiri, ke kanan, mengintip spion ke belakang.
Aku peluk kamu erat. Jemariku merapat erat.
Terasa degupmu yang berdetak-detak. Karena ingin bertemu teman-teman? Atau karena kami bertiga mengantarmu ke sekolah dengan sepenuh hati, sepenuh doa?
Kamu lepaskan satu tanganmu dari batang spion.
Dan kamu genggam tanganku, menyatu dengan degup jantungmu.
Saat itu aku bertanya-tanya, kenapa kamu melakukan itu?
Tapi kemudian aku menghentikan semua tanya dan hanya merasa.
Bahwa kamu senang, ada aku.
#ndaluna
Life. Just like what I wanted.
Sounds so snobbish ya, saying life is just like what I wanted. But then I realized, semua itu karena emang aku enggak pengen apa-apa. Sekarang juga (ternyata) masih begitu. Dulu emang I treat my life like a blue print. Things to do piling up my list and my aims were to accomplish them. Alhamdulillah, semua tercapai. Tapi kemudian seperti ada titik tolak dalam hidup yang bikin berhenti ingin terlalu banyak dari hidup. Entah karena merasa udah cukup banyak pencapaian pribadi baik yang bagus atau yang buruk, entah karena pernah kecewa berat sama yang namanya manusia atau karena alasan klise yang digadang-gadang semua manusia: anak.
Sekarang ini, lebih banyak menyambut apa yang datang ke dalam hidup. Termasuk, kembali ke agency lagi. Having thought that I am not some kind of 'Man in a mission' kind of person. I am just an 'I will do my best' of what comes in front of me kind of person.
Gini ceritanya.
Tiga belas bulan yang lalu, saya memutuskan untuk kembali bekerja setelah 2,5 tahun jadi freelance (tapi lebih banyak free-nya sih hahaha). Satu-satunya yang bikin saya merasa harus bekerja ya cuma Apple. Sisanya, banyak project yang saya tolak-tolakin karena males aja sih intinya. Belaguk bangetlah pokoknya.
Setelah merasa udah nggak produktif lagi di rumah, otak berasa tumpul dan rasa percaya diri udah nyungsep, saat itulah saya terima tawaran untuk kembali ke advertising. Banyak yang nyinyir sih, menganggap industri itu gelap banget dan ngapain udah enak-enak di rumah kok ya balik ngantor. Alasannya cuma satu: bosen di rumah.
Enggak tahu hal baik apa yang telah saya lakukan dalam hidup, ternyata saya dianugerahi tim yang baiiiiik banget. Anaknya manis-manis, good attitude dan yang paling penting; penuh tanggung jawab. Saya ngerasa banyak belajar dari mereka. Mulai hal baru di luaran sana sampai cara pakai krim mata. Enggak sedikit juga kesedihan yang kita tanggung bareng-bareng, dan pernah juga air mata ini berderai karena enggak bisa menyelamatkan salah satu dari mereka untuk tetap bisa kerja bareng di Havas. Saat hari lagi down banget, semangkuk ramen dan tawa biasanya bisa melepas ke bete-an. Saya emang nggak pernah menempatkan diri sebagai bos yang harus bitchy dan memaksakan kehendak. Some said, saya terlalu baik sama anak-anak. Tapi dulu saya belajar, bahwa bos itu tugasnya bukan ngide tapi menajamkan ide yang ada. Karena dulu saya belajar, bahwa bos itu harus mau tangannya kotor; bukan cuma nyuruh-nyuruh doang. Karena dulu saya belajar, memimpin itu harus dengan empati.
Kemudian, saya risain. Tepat sehari sebelum ulang tahun saya yang ke tiga puluh delapan.
And for the past thirty days, nothing much I did but something new or redo the things I loved to do.
I celebrated my most romantic birthday, thanks to my son!
I started exercising pilates. Been attending 5 sessions so far. I also walk more.
I got the chance to join an empowering conference for women to boost my confidence as woman leader. I met so many empowering women out there from gen x, gen y and millennials. From the conference, I learnt that to be a successful woman leader, we need great support system as well: parents and spouse; those who shaped us and those who is standing at our back. And when we got stronger, we don't really need to show our strength at home *wink*
Last but not the least, enjoying good coffee my husband made like ... every morning :) I know I would never get this privilege without his support and he has been showering me with sincerity and abundant love over me. Thank you, Bubu! Now within two days, I will have to start a new chapter in the new office. I was so nervous last week, but I have been a bit cooled down lately hahaha. Wish me luck!
Sekarang ini, lebih banyak menyambut apa yang datang ke dalam hidup. Termasuk, kembali ke agency lagi. Having thought that I am not some kind of 'Man in a mission' kind of person. I am just an 'I will do my best' of what comes in front of me kind of person.
Gini ceritanya.
Tiga belas bulan yang lalu, saya memutuskan untuk kembali bekerja setelah 2,5 tahun jadi freelance (tapi lebih banyak free-nya sih hahaha). Satu-satunya yang bikin saya merasa harus bekerja ya cuma Apple. Sisanya, banyak project yang saya tolak-tolakin karena males aja sih intinya. Belaguk bangetlah pokoknya.
Setelah merasa udah nggak produktif lagi di rumah, otak berasa tumpul dan rasa percaya diri udah nyungsep, saat itulah saya terima tawaran untuk kembali ke advertising. Banyak yang nyinyir sih, menganggap industri itu gelap banget dan ngapain udah enak-enak di rumah kok ya balik ngantor. Alasannya cuma satu: bosen di rumah.
Enggak tahu hal baik apa yang telah saya lakukan dalam hidup, ternyata saya dianugerahi tim yang baiiiiik banget. Anaknya manis-manis, good attitude dan yang paling penting; penuh tanggung jawab. Saya ngerasa banyak belajar dari mereka. Mulai hal baru di luaran sana sampai cara pakai krim mata. Enggak sedikit juga kesedihan yang kita tanggung bareng-bareng, dan pernah juga air mata ini berderai karena enggak bisa menyelamatkan salah satu dari mereka untuk tetap bisa kerja bareng di Havas. Saat hari lagi down banget, semangkuk ramen dan tawa biasanya bisa melepas ke bete-an. Saya emang nggak pernah menempatkan diri sebagai bos yang harus bitchy dan memaksakan kehendak. Some said, saya terlalu baik sama anak-anak. Tapi dulu saya belajar, bahwa bos itu tugasnya bukan ngide tapi menajamkan ide yang ada. Karena dulu saya belajar, bahwa bos itu harus mau tangannya kotor; bukan cuma nyuruh-nyuruh doang. Karena dulu saya belajar, memimpin itu harus dengan empati.
Kemudian, saya risain. Tepat sehari sebelum ulang tahun saya yang ke tiga puluh delapan.
And for the past thirty days, nothing much I did but something new or redo the things I loved to do.
I celebrated my most romantic birthday, thanks to my son!
I got the chance to join an empowering conference for women to boost my confidence as woman leader. I met so many empowering women out there from gen x, gen y and millennials. From the conference, I learnt that to be a successful woman leader, we need great support system as well: parents and spouse; those who shaped us and those who is standing at our back. And when we got stronger, we don't really need to show our strength at home *wink*
I met those whom I could not meet because those time consuming work hours: besties!
Of course, spent some quality time with the kids. Picked them from school, went mall-ing, watch movies, tried the famous Pablo cheese tart and fulfill the long-awaited-craving of mille crepes.
I managed to finish all the overdue tasks from renewing my driving licence, get the social health card for my family and ... finish the business model for my start-up project. So o'yeay!
Last but not the least, enjoying good coffee my husband made like ... every morning :) I know I would never get this privilege without his support and he has been showering me with sincerity and abundant love over me. Thank you, Bubu! Now within two days, I will have to start a new chapter in the new office. I was so nervous last week, but I have been a bit cooled down lately hahaha. Wish me luck!
The link is back
I used to blog for Malicca. His unstoppable questions, wonders, opinions and everything. But then I stopped after Luna was born, because I felt unfair to have a blog under a name of emaklicca (only).
But then, after those two been growing up together in different phase of life, I feel the urge to blog once again. This time is about them two. Because having two satellites, it is not them both who revolves around me. Instead, I revolve around them and they are my teachers of life. My mirrors of what I have done in life. My karma.
They haven't know about this blog yet. Someday, I will reveal this all.
Feel free to click my satellites from time to time
menuju 38
allah yang baik,
terima kasih untuk satu tahun kemarin yang menyenangkan buatku.
aku belajar banyak, dan aku sehat sekali.
aku dikasih teman-teman tim dimana aku bisa belajar gimana jadi pemimpin yang baik.
aku belajar jadi ibu yang lebih baik lagi. enggak cuma bisa menuntut anak-anak untuk bermimpi, tapi juga bisa memfasilitasi supaya anak-anak bisa mengejar mimpi.
aku belajar jadi pendengar yang baik. mendengar cerita-cerita anak-anak tentang apa itu orang tua yang baik, apa itu pernikahan. lucu mendengar itu semua dari pemikiran anak-anak yang belum genap sepuluh tahun berjalan mengitari matahari.
anak-anak cepat sekali besar. maka dari itu pun, aku menua. begitu juga dengan ibu dan bapakku.
karenanya, allah yang baik, terima kasih untuk satu tahun kemarin kebersamaanku bersama orang tua dan anak-anakku. bersama suamiku yang selalu merestuiku untuk terbang atau untuk santai-santai di sarang. suami kuat yang penuh tanggung jawab.
i live a lucky life. kata orang, saat kami merasa beruntung; itu artinya doa ibu-ibu kami sedang dikabulkan. syukur syukur dan syukur. aku bersyukur aku merasa cukup dengan orang-orang di sekitarku yang mencukupkan hidupku.
amin.
terima kasih untuk satu tahun kemarin yang menyenangkan buatku.
aku belajar banyak, dan aku sehat sekali.
aku dikasih teman-teman tim dimana aku bisa belajar gimana jadi pemimpin yang baik.
aku belajar jadi ibu yang lebih baik lagi. enggak cuma bisa menuntut anak-anak untuk bermimpi, tapi juga bisa memfasilitasi supaya anak-anak bisa mengejar mimpi.
aku belajar jadi pendengar yang baik. mendengar cerita-cerita anak-anak tentang apa itu orang tua yang baik, apa itu pernikahan. lucu mendengar itu semua dari pemikiran anak-anak yang belum genap sepuluh tahun berjalan mengitari matahari.
anak-anak cepat sekali besar. maka dari itu pun, aku menua. begitu juga dengan ibu dan bapakku.
karenanya, allah yang baik, terima kasih untuk satu tahun kemarin kebersamaanku bersama orang tua dan anak-anakku. bersama suamiku yang selalu merestuiku untuk terbang atau untuk santai-santai di sarang. suami kuat yang penuh tanggung jawab.
i live a lucky life. kata orang, saat kami merasa beruntung; itu artinya doa ibu-ibu kami sedang dikabulkan. syukur syukur dan syukur. aku bersyukur aku merasa cukup dengan orang-orang di sekitarku yang mencukupkan hidupku.
amin.
titanica system
dulu, jaman-jaman baru kerja di advertising barang tiga tahunan, selalu muak sama insight yang satu ini: bahwa, orang tua akan memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
yang ada di kepala pada saat itu tuh, ya: planner gak kreatif. klien yang cliche. basiiii, semua juga tauuuuuuu! nah, sekarang, setelah sekian belas tahun di advertising dan hampir satu dekade jadi ibu, mulai sadar sama arti preposisi itu dengan sejleb-jlebnya. dan hal itu udah bukan insight lagi. tapi fakta.
yang ada di kepala pada saat itu tuh, ya: planner gak kreatif. klien yang cliche. basiiii, semua juga tauuuuuuu! nah, sekarang, setelah sekian belas tahun di advertising dan hampir satu dekade jadi ibu, mulai sadar sama arti preposisi itu dengan sejleb-jlebnya. dan hal itu udah bukan insight lagi. tapi fakta.
soal mengusahakan yang terbaik tuh lagi kejadian banget nih sama aku dan titan. cuma masalahnya, kalau anaknya yang ngadepin sebuah masalah; apa iya kita orang tuanya yang harus mengusahakan yang terbaik? kan enggak gitu ya.
setiap anak pasti punya masalah deh. jangan percaya sama postingan ibu-ibu yang isinya cuma ngepost hal-hal baik aja dari anaknya. jadi, kangan sedih kalau menjelang pre-teens gini masalah-masalah 'pelik' mulai bermunculan. kenapa pelik? karena, seringkali, target operasi kita enggak merasa bahwa mereka punya masalah ha ha ha!
jadi, sebenarnya apa sih masalahnya?
setiap anak pasti punya masalah deh. jangan percaya sama postingan ibu-ibu yang isinya cuma ngepost hal-hal baik aja dari anaknya. jadi, kangan sedih kalau menjelang pre-teens gini masalah-masalah 'pelik' mulai bermunculan. kenapa pelik? karena, seringkali, target operasi kita enggak merasa bahwa mereka punya masalah ha ha ha!
jadi, sebenarnya apa sih masalahnya?
gini. i know ini salah gue juga sih, membiarkan anak-anak kurang disiplin. selama ini kita (orang rumah) selalu ribut dengan kebiasaan titan yang nggak teratur. mulai dari perlengkapan perang dia yang ditinggalin dimana-mana mulai dari pena, tinta, botol minum yang tak kembali, uang yang hilang bahkan sepatu aja bisa ketinggalan sebelah di mall dan tas kumon aja bisa hilang enggak bisa di-trace ada dimana ... d'oooooooh!
dan yang bikin makin rumit adalah; si anak tidak pernah merasa bahwa semua itu adalah problem. buat dia, harus bertelanjang kaki muter-muter mall (karena sepatunya ilang satu) was fine. tenang-tenang, ketinggalannya bukan karena dia lenggang kangkung sepatunya copot trus dia diem-diem aja ya. my son is not that stupid to do that hahaha ... tapi, karena dia mau duduk di stroller. sepatunya, dicopot dulu sebelum dia naik stroller ... tapi lupa diambil hahahaha. berasa masuk masjid, mungkin.
nah, cukup soal sepatu hilang di mall. kali ini problemnya sangat serius. kemarin saat PSTC (parents student and teacher conference) aku a.k.a bundanya syiok banget saat gurunya mengungkapkan bahwa titan menghilangkan project-log 1 term yang mengakibatkan bu guru harus menurunkan point nilai di rapor. emaknya udah spaneng, anak masih senyum-senyum aja. clearly that this little guy has no problem with that, miss. sementara bundanya udah tergerih-gerih pisau rasanya sementara muka pasti udah merah kaya kepiting rebus saking malunya. nanti dikira enggak ngurusin anak pun. huft
dan yang bikin makin rumit adalah; si anak tidak pernah merasa bahwa semua itu adalah problem. buat dia, harus bertelanjang kaki muter-muter mall (karena sepatunya ilang satu) was fine. tenang-tenang, ketinggalannya bukan karena dia lenggang kangkung sepatunya copot trus dia diem-diem aja ya. my son is not that stupid to do that hahaha ... tapi, karena dia mau duduk di stroller. sepatunya, dicopot dulu sebelum dia naik stroller ... tapi lupa diambil hahahaha. berasa masuk masjid, mungkin.
nah, cukup soal sepatu hilang di mall. kali ini problemnya sangat serius. kemarin saat PSTC (parents student and teacher conference) aku a.k.a bundanya syiok banget saat gurunya mengungkapkan bahwa titan menghilangkan project-log 1 term yang mengakibatkan bu guru harus menurunkan point nilai di rapor. emaknya udah spaneng, anak masih senyum-senyum aja. clearly that this little guy has no problem with that, miss. sementara bundanya udah tergerih-gerih pisau rasanya sementara muka pasti udah merah kaya kepiting rebus saking malunya. nanti dikira enggak ngurusin anak pun. huft
menurut gurunya, titan ini pelupa. mungkin ada benernya, walau judgement dari kita orang tuanya lebih sadis: simply nggak bertanggung jawab aja.
anak ini memang karakternya nggak mempan dikasih reward / punishment. titan itu tipe yang menghindari resiko. jadi, kalau belum ada resiko nabrak sesuatu di depan mata seperti titanic yang menabrak gunung es, maka dia akan santai-santai aja. akan terus berlayar di sepoi-sepoi angin sampai akhirnya ketiduran.
tapi kan enggak semua resiko terlihat ya. kalau masalah enggak naik kelas, masih bisa diulang di tahun setelahnya (walaupun ini juga pasti bikin gue nangis kalo inget bayarannya sih yaaa). tapi dalam hidup, ada kalanya, saat kita bertabrakan dengan resiko; kita enggak bisa kembali dan harus rela kehilangan. nah, rela menerima kehilangan kan pembelajaran yang beda lagi deh. seumur hidup belajarnya.
tapi kan enggak semua resiko terlihat ya. kalau masalah enggak naik kelas, masih bisa diulang di tahun setelahnya (walaupun ini juga pasti bikin gue nangis kalo inget bayarannya sih yaaa). tapi dalam hidup, ada kalanya, saat kita bertabrakan dengan resiko; kita enggak bisa kembali dan harus rela kehilangan. nah, rela menerima kehilangan kan pembelajaran yang beda lagi deh. seumur hidup belajarnya.
so, beberapa waktu yang lalu, kita ngobrol berdua. terutama soal cara belajar yang paling efektif buat titan. kita ngebahas lagu atau percakapan dalam film yang dia hafal dari awal sampe akhir. kita ngebahas kumon yang dulu dia nangis-nangis ngerjainnya dan sekarang merasa terbantu banget.
akhirnya kita menyimpulkan bahwa cara belajar buat Titan yang paling efektif adalah dengan cara repetisi dan menstimulasi dengan audio/visual. nonton film UP lalu menggambar rumahnya berkali-kali, berhari-hari sampai bertahun-tahun melukis dengan tema yang sama.
Nonton film Titanic dan menggambar kapalnya sampai beberapa versi mulai dari titanic, britannic dan lusitania. semuanya karena dia selalu looping film, lagu dan buku yang dia suka.
anak ini memang bukan tipe yang punya photographic memory. tapi memorynya harus terbentuk perlahan secara reguler. intinya: repetisi.
leganya, drilling kumon yang harus dia kerjain setiap hari itu ternyata adalah salah satu metode belajar yang cocok buat dia. karena anak ini, bukan tipe yang kalau bosan akan melarikan diri. tapi terus dikerjain walau nggak tahu akan berakhir kemana. the good thing is, anak ini tekun. kuat ditempa berbagai kondisi.
Nonton film Titanic dan menggambar kapalnya sampai beberapa versi mulai dari titanic, britannic dan lusitania. semuanya karena dia selalu looping film, lagu dan buku yang dia suka.
anak ini memang bukan tipe yang punya photographic memory. tapi memorynya harus terbentuk perlahan secara reguler. intinya: repetisi.
leganya, drilling kumon yang harus dia kerjain setiap hari itu ternyata adalah salah satu metode belajar yang cocok buat dia. karena anak ini, bukan tipe yang kalau bosan akan melarikan diri. tapi terus dikerjain walau nggak tahu akan berakhir kemana. the good thing is, anak ini tekun. kuat ditempa berbagai kondisi.
soal pelupa? nah, yang satu ini juga kita bahas kemarin. kita bahas anatomi tubuh manusia yang paling penting: otak. kita ngobrol soal neuron-neuron di otak itu semakin tua semakin dikit yang akan saling tersambung, beda kaya waktu kita kecil sebesar luna. semua dipikirin, semua ditanyain. kalau sudah tua, udah malas mikir dan akhirnya yang menebal itu bagian yang itu-itu aja. akhirnya titan mengerti deh kenapa dia tipe pembelajar repetisi, karena memang cara kerja otak pun seperti itu. kalau bagian titan lupa naro barang dimana, pasti karena bagian itu enggak tebal. jadi solusinya, harus berlatih naro barang dan jadwal yang lebih teratur untuk diulang-ulang terus setiap hari.
untuk bisa melakukan semua itu, titan harus dibantu dengan visual. karena memang ternyata anaknya audio-visual banget. akhirnya kita berdua menemukan sistem supaya enggak ada lagi pekerjaan sekolah yang tertinggal, enggak ada lagi barang yang hilang.
selain sistemnya itu sendiri, kemaren kita juga bahas bagian yang paling penting dari sistem: yaitu kemauan / motivasi yang dikendalikan oleh otak untuk menjalani sistem itu. mau sistem paling canggih, kalau kita enggak mau ngejalaninnya ya sama aja.
untuk memotivasi titan lebih semangat, kita sepakat untuk membuat logo korporasi. karena sistemnya milik titan, maka logonya pun ya logo titan. perusahaan milik titan. namanya titanica. taglinenya: everything is possible.
untuk memotivasi titan lebih semangat, kita sepakat untuk membuat logo korporasi. karena sistemnya milik titan, maka logonya pun ya logo titan. perusahaan milik titan. namanya titanica. taglinenya: everything is possible.
alhamdulillah, dua minggu pertama sejak sistem ini launching semuanya berjalan lancar. enggak ada project yang tertinggal, bahkan beberapa project diselesaikan sebelum deadlinenya.
semoga, solusi kali ini membuahkan hasil maksimal ya. enggak mentok lagi di tengah jalan seperti yang lalu-lalu ha ha ha
semangat terus ya, nak. semoga, di masa depan nanti, kalau bunda udah nggak bisa bantu; kamu bisa bantu diri sendiri cari solusi untuk semua masalah kamu :)
semoga, solusi kali ini membuahkan hasil maksimal ya. enggak mentok lagi di tengah jalan seperti yang lalu-lalu ha ha ha
semangat terus ya, nak. semoga, di masa depan nanti, kalau bunda udah nggak bisa bantu; kamu bisa bantu diri sendiri cari solusi untuk semua masalah kamu :)
![]() |
bantu otak untuk mengigat pekerjaan dengan mengelompokkan pekerjaan dalam bindex |
![]() |
detail pekerjaan enggak perlu diingat, ditulis aja di job order. ingat yang penting-penting aja |
![]() |
kalau semua harus diingat ya pasti lupa. ditulis aja di memo kecil yang dibawa kemana-mana |
![]() |
everything has a home. coba kalau diulang terus naronya di sini, pasti nggak hilang |
Subscribe to:
Posts (Atom)
Perlahan, ... tapi jalan.
Usia 40-an tuh... kayak masuk bab baru yang nggak pernah kita latihanin sebelumnya. Ternyata bener ya, apa yang Rasulullah bilang... di u...
-
If only we don’t need any secure feeling, Maslow would not put it in the basic pyramid of human’s needs. But he eventually did, because he k...
-
The first time I celebrated my birthday was when I was nine years old. It took me quite sometime to convince my mother how I wanted to have...