Selama sekian tahun, weekend seringkali disisipi dengan reminder-reminder untuk menjadi normal dengan mandi. Pagi atau sore, atau salah satu diantaranya. Karena sewajarnya mandi itu dua kali sehari.
"Sudah mandi belum?"
"Guys, mandi."
"Kok belum mandi?"
"Ya ampuuuuuuun pada belum mandiiiiii... mandi sana!"
Hingga, hari itu tiba. Hari yang wajar. Dimana setiap weekend tiba, tidak lagi menjadi weekend yang tidak normal karena dia dan mereka selalu mandi dan wangi tanpa disuruh.
Lalu?
Iya, lalu apa kalau sudah mandi?
Tidak lantas setelah mandi kemudian dihujani pujian-pujian surgawi, ternyata.
Tidak semerta-merta setelah mandi akan dipeluk dan dicium juga, ternyata.
Sudah mandi, ya sudah. Hening.
Lalu, yang kemarin ribut-ribut suruh mandi itu untuk apa?
Saat itu, saat dimana semua berjalan normal, weekend jadi enggak normal lagi. Karena enggak ada lagi suruh-suruhan mandi, suruh-suruhan makan, dan jadinya diem-diem aja. Dan seseorang baru saja terhenyak, bahwa selama ini sehari-hari komunikasi mereka hanyalah sebatas fungsi.
Di tahun 2017 ini, dikasih kesempatan untuk belajar (lagi) memilih mana hal penting yang lebih penting dari semua hal. Belajar untuk bertanya ke diri sendiri soal 'then what if they do what I say?' sebelum meminta suami dan anak-anak melakukan sesuatu.
No comments:
Post a Comment