Welcome definitely maybe!
“Leaving your
comfort zone is not easy and it is only for the bravery.” For me, those who
support them to leave the comfort zone, is even braver.”
Setelah hampir
12 tahun bekerja di dunia korporat periklanan, finally… yes I finally resigned
and decided to be a freelance copywriter instead. Sebenarnya kepinginnya sih
udah sejak dua tahun lalu ya. Tapi karena beribu dan lain hal termasuk
ketidakberanian diri ini untuk memasuki lembah ketidakpastian finansial,
akhirnya tertunda-tunda. Tapi kali ini, I made up my mind.
Aneh
sebenarnya saat aku mengambil keputusan ini. Unlikely what I always did, to
make plans, kali ini aku ambil keputusan tanpa punya long term plan akan apa
yang akan aku lakukan setelah kehidupan bekerja full time. Yang aku tahu saat
itu adalah, aku sebaiknya berhenti dulu bekerja.
Sebenarnya,
keputusan ini juga enggak yakin-yakin banget waktu memutuskannya. Tentu faktor utamanya
adalah kemandirian finansial. Ya iyalah ya, udah lebih dari satu dekade terbiasa
menerima uang gaji. Terbiasa punya plan
dan merasa aman karena tahu saat uang habis, pundi akan terisi kembali. But in
the freelancing world, everything is uncertain. That is the part that worried
me much. Secara ya bo, buat perempuan yang penting itu kan kepastian. Kepastian
tuh cowok sayang sama kita atau enggak. Kepastian bakal dikawinin apa enggak
(aih, curcol deh ah hahaha), yang pasti sih kepastian supaya bisa manage
expectation. Karena kuciwa itu aduh ampuuuuun… berat sekali rasanya.
Untungnya,
aku didukung penuh akan keputusanku ini. Dan menurutku, itulah bagian
terpenting saat kita mau ambil langkah penting dalam hidup. Sebenernya bukan hanya
keberanian dari diri, tapi juga dukungan. Dan orang yang mendukung, buat aku
jauh lebih berani daripada orang yang didukung.
Banyak yang tanya
sama aku “So, whats the push button?” Hmmm, sebenarnya karena niatan itu sudah
ada di dalam diri sejak lama. Cuma butuh pemantik untuk menyulut. Dan pemantik
itu adalah satelitku (oh so very typical ya hehehe…) But trust me, it was not
as easy as you thought. Segala sesuatu yang klise itu emang jatuhnya lebih
sulit buat yang ngalamin dan lebih sederhana bagi yang melihatnya.
Triggernya
adalah karena Titan entah kenapa enggak suka dengan sekolahnya. Akibatnya, dia
jadi enggak suka sekolah dan enggak suka yang namanya belajar. Udah gitu,
makannya juga makin susah sampe akhirnya berat badannya enggak nambah-nambah.
Beberapa waktu terakhir ini aku coba untuk ngajak belajar terutama baca dan
berhitung. Ndelalahnya, apa yang aku ajarin justru lebih masuk dan dia lebih
suka belajar sama bundanya ini ketimbang belajar di sekolah. Trus kadang di
weekend pun kita masak bareng dan ternyata dia lebih lahap kalau makanannya disiapin
bareng-bareng. Dari situ aku berpikir bahwa mungkin anak ini bukannya enggak
suka belajar dan enggak suka makan, tapi memang enggak banyak orang yang
memahami cara dia belajar dan makan.
Selain itu,
ada juga sih hal-hal yang bikin tekadku makin bulat untuk berhenti dari dunia
korporat. Tapi rahasia dong aaaaaah J
One thing for
sure, I pre-conditioned myself that I will not be a jobless housewife. I am a
work from home mother. I will have working hours and I have to create something
within the hours, be it freelancing jobs or writing.
So yes, this
is my last day working in a corporate advertising and I am sad yet happy yet
anxious yet overwhelm… it is a Berty Bott’s three flavor taste candy. What would happen next? I do not know. What if I fail? What if I not. Will I be back to corporate life someday? Maybe. Will I be happier? Maybe. Uh oh, ... just wish me luck!