rumah

ini rumahku dan aku lahir serta dibesarkan di sini.

kamu.

bahkan jika kamu memiliki kunci rumahku, akankah kamu memasukinya saat aku tidak di sana? kamu memang tidak akan merampok, tapi di situ masalahnya. kamu hanya ingin melihat-lihat. kamu hanya ingin tahu.
oh, … dan akhirnya kamu tahu aku memiliki mesin waktu. sekarang kamu tahu aku hidup di waktu pilihanku: kemarin, sekarang, dulu, sayang aku tidak bisa hidup di hari esok. lalu kamu menemukan seekor naga di kamarku. ia sedang tertidur pulas. dan … hey, perapianku masih menyala. itulah jawaban kenapa rumahku selalu hangat. dan kamu pun tahu aku memajang awetan mereka yang aku sayang di dinding. buat kamu, itu mengerikan. tapi buat aku, mereka menyenangkan. dan akhirnya kamu pun tahu, aku memiliki pemintal benang yang tak hentinya merajut mimpi-mimpiku.
kamu. memutuskan memasuki rumahku saat aku tak ada di sana untuk menyambutmu. dan kini kamu lari terbirit-birit ketakutan, tak siap melihat sebuah kebenaran.

mereka.

berbondong-bondong mereka melewati rumahku. tapi bahkan jika mereka mengenal diriku, dan tahu pasti aku sedang berada di rumah, kenapa mereka bertanya kepada tetanggaku bagaimana kabarku? dan kamu tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. maka kamu bertanya ke tetangga yang lain lagi.
kamu bilang, kamu kenal aku. tapi apa yang telah kamu lakukan, membuatku tak lagi mengenalmu.

dia.

dan dia berdiri di depan pintu rumahku. karena aku mengundangnya. kubuka pintuku lebar-lebar hingga hangatnya perapian menyembur ke pipimu yang merah. “ini rumahku.” kataku. airnya tawar. piringnya retak. sendok dan garpunya berkarat. tapi kemudian kamu berpaling, dan berbisik kepada mereka, … "ternyata pemilik rumah ini seekor babi!"

aku.

aku, tidak lagi dihormati di rumahku sendiri. itulah kenapa kini aku menjelma Durga.

Comments

  1. Anonymous16.11.09

    apakah sedih dan luka...
    yang membuat kita jadi pujangga?

    ReplyDelete
  2. "art doesn't come from happiness, my friend :)"

    ReplyDelete

Post a Comment