Kapan kita akan berhenti?

Hari ini, 22 Desember 2005.

Jam delapan pagi, suamiku mengecup keningku.
"Aku pergi ya" Katanya.
"Dadahhhh..." Kataku membalasnya dan kembali menutup mataku, serasa tak kuat menahan pelupuk mataku lebih lama lagi.

Dan aku pun terpulas kembali. Lagi. Setelah membuka mata selama 23 jam di hari sebelumnya.

Tak lama, terdengar nada sms membangunkanku kembali.
Tapi kubiarkan.
"Kantor! Kapan kamu akan membiarkanku menikmati kesendirianku?" Itu responku pertama kali.

Beberapa jam kemudian, aku pun terbangun.
Segera kusabet handphone di atas meja. Sms tadi dari ibu mertuaku.
"Selamat hari ibu. Semoga kita bisa menjadi contoh untuk anak-anak kita dan masyarakat." Lalu aku pun tertegun.Dengan masih tak percaya dan nggak tau haurs menjawab apa, aku pun pergi mandi.

Ya, ini hari ibu.
Kapan terakhir kalinya aku mengucapkan selamat hari ibu untuk ibuku? Mungkin waktu aku SD. Waktu aku menyelipkan puisiku di tumpukan bajunya.
Kapan terakhir kali aku memijitkan punggungnya?
Kapan terakhir kalinya aku mencium pipinya dengan sepenuh hati?
Kapan terakhir kalinya aku menyentuh permukaan tangannya?
Kapan terakhir kalinya aku mengajaknya jalan-jalan? Bukan hanya membelikannya hadiah-hadiah?
Kapan terakhir kalinya aku memeluknya tanpa sebab?

Aku hilang.
Berguling kencang tanpa kendali.
Aku tersesat dalam detik-detik mengejar diriku sendiri.
Detik menjadi menit. Menit menjadi jam. Jam menjadi hari. Hari menjadi tahun.
5 tahun aku mengejar diriku sendiri. Tanpa tahu kapan akan berhenti dan membiarkan diriku yang menghampiri.


Tiba-tiba aku berpikir,
sudah siapkah aku menjadi seorang ibu, jika aku masih tak lelahnya mengejar diri sendiri.

Para Ibuku, selamat hari ibu. Panggilan yang memang layak dimiliki olehmu.

Comments