Pakai toga, nyanyi Gaudeamus Igitur.
Beberapa hari sebelumnya, lagu itu sudah mengudara di rumah.
Bukan hanya itu, juga lagu mandarin, Que sera - sera dan I have a dream.
Bukan cuma Malicca, tapi ibunya ini juga harus menyiapkan kostum performancenya yang menggambarkan cita-citanya kelak: jadi koki.
Awalnya sih pengennya sewa aja.
Tapi tiba-tiba si anak berceloteh "Kenapa nggak bikin? Bunda kan bisa jahit. Tuh, baju yang ada bunganya bunda jahit, kan?"
Setelah browsing-browsing Pinterest, akhirnya dapat juga model baju koki yang 'sreg'.
Besoknya, aku titip nini yang selalu pergi ke pasar: baju koko putih dan dua meter kain kotak-kotak warna biru. Siangnya, aku menyempatkan diri untuk menelfon toko bahan kue langgananku untuk mencari tahu apakah mereka jual topi koki atau nggak. Alhamdulillah, semuanya dimudahkan.
Malicca terkaget-kaget saat melihat topi kokinya aku vermak.
"Ya ampun, ini Bunda jahit sendiri? Tangannya nggak papa? Nggak ketusuk?"
Ah ... aku cinta anakku. Begitu perhatiannya dia sama bundanya ini.
Saat hari itu tiba, aku berjanji aku tidak akan menangis.
Tapi sayang, aku melanggar janjiku sendiri.
Melihat anak-anak itu bertoga, tidak tahu apa arti dari kelulusan, mereka mulai bernyanyi.
Mulai dari Que Sera - Sera, air mataku sudah meleleh tanpa henti. Simply karena lagu itu begitu dalam, dan begitu luas masa depan mereka nanti. Dilanjutkan dengan I have a dream, dan akhirnya Gaudeamus Igitur. Lalu mereka tiba-tiba mengeluarkan bunga dari bawah tempat duduk mereka dan memberikan bunga itu kepada ibu masing-masing.
Aku masih ingat 14 tahun lalu, saat aku lulus sidang dan langsung menelfon ibuku untuk memberi tahu. Beliau terbata-bata di telfon memberi selamat. Dan saat aku pulang, begitu erat ia memelukku.
Yap, sekarang aku tahu bagaimana rasanya.
Someday |
8 months preggy and attending a graduation. I feel overwhelmed! |
No comments:
Post a Comment