Sekarang ini,
kita mungkin lebih tau gimana cara install iPhone pertama kali. Lebih ngerti langkah-langkah untuk nge-jailbreak. Lebih
pengen ngulik gimana caranya bikin website sendiri dengan semua Content
Managementnya. Lebih tau account twitter siapa yang bisa kasih link bagus atau
update tentang pergadgetan, info selebs, komunitas tertentu atau bahkan soal financial
planning dan hukum.
Thanks to
technology, we now know so many many things happening in this world.
Tapi coba deh,
dirasa-rasa lagi. Karena begitu banyaknya ‘ilmu’ atau sebenernya itu adalah
bentuk informasi, seringkali kita malah jadi lupa sama hal-hal basic atau yang
biasa disebut common sense. Dan
ternyata, common sense yang sering kita lupain itu justru kita perluin untuk
kehidupan sehari-hari.
Misalnya, waktu kita ke dokter. Kita tau lah ya, enggak semua
dokter itu bagus. Dan kita
juga tau, enggak semua dokter itu komunikatif; bisa dan mau ngejelasin
sedetil-detilnya tentang penyakit kita. Kadang-kadang kita nurut aja kalo
dikasih obat. Atau bahkan percaya-percaya aja ketika kita divonis satu penyakit
dan salah satu tindakan yang harus kita lakukan adalah operasi.
Sebenernya,
untuk jadi pasien kritis dan pinter salah satunya bisa dengan kembali ke
common sense yang udah dibekali sama guru-guru kita dulu melalui
pelajaran-pelajaran yang mereka ajarin.
Misalnya, virus
itu enggak bisa mati dan enggak bisa diobatin sama antibiotik. Antibiotik cuma
bisa ngebunuh bakteri. Terus misalnya lagi dengan mengenal berbagai sistem di
dalam tubuh kita. Ada sistem pernafasan, ada sistem pencernaan, ada sistem
reproduksi, yang semuanya bekerja dengan sistem masing-masing untuk menyokong kehidupan kita. Jadi, kalau
misalnya dokter bilang ada infeksi di mata trus yang harus dioperasi adalah
bagian pencernaan, yang mana letak dan fungsinya agak berjauhan, kita bisa
mempertanyakan lagi ke dokternya gimana kemungkinan itu bisa terjadi.
Misalnya lagi,
common sense soal listrik yang merambat paling cepat melalui air. Itulah kenapa
kita harus menjaga supaya ujung colokan itu tetap kering.
Misalnya lagi,
kimia asam + kimia basa itu = netral. Jadi kalau misalnya masakan keaseman ya
tinggal dikasih garam untuk mengurangi rasa asemnya. Begitu juga sebaliknya.
Atau saat asam lambung tinggi, ya jangan ditambah makan yang asem-asem. Minum
susu juga enggak akan membantu karena susu lama-lama jadi asam di perut (inget
aja yogurt) dan malah bikin perut makin melilit.
Misalnya lagi,
kalo ngitung keramik lantai ya berdasarkan luas (panjang dikali lebar) dan
kalau ngitung cat rumah ya berdasarkan keliling (2 kali panjang + 2 kali
lebar). Boong aja kalo ada abang-abang yang ngitung keramiknya pake itungan keliling.
Masih banyak
banget sebenernya hal-hal mendasar ilmu pengetahuan yang simple tapi sifatnya absolut, yang
kita sering lupa, tapi sebenernya itu yang bisa jadi bekal supaya kita lebih
waspada. Sering banget (termasuk gue) kita ngeles “Tapi gue anak IPS!” hahahaha… coba inget-inget
lagi, semua itu kita pelajari waktu SD, lho! Jauh sebelum kita memilih (atau
takdir memilihkan) kita masuk jurusan IPA atau IPS :)