Ibu.
Hari ini aku berada di rumah. Padahal, tidak
biasanya aku berada di rumah. Biasanya aku pergi ke kantor meninggalkan buah
hatiku di rumah. Tampaknya, berada di rumah masih menjadi hal yang mewah
untukku dan ternyata aku masih belum bisa menebusnya. Masih mimpi.
Giliran
aku berkesempatan ada di rumah, seperti hari ini, adalah ketika aku terpaksa
harus berada di rumah. Kali ini karena sakit. Sedih sekali rasanya. Saat kesempatan
itu ada, namun aku tidak memiliki tenaga untuk bisa berfungsi sebagaimana
seharusnya. Tidak bisa menggendong satelitku karena lemas. Tidak bisa bermain
karena terlalu lama berdiri pun aku sakit kepala.
Cucian piring bertumpuk sebanyak tumpukan
dedaunan di halaman. Mataku sepat melihatnya. Tapi apa daya tenaga terbatas.
Ingin makan ini ingin makan itu, tapi berdiri menunggu jerangan air pun rasanya
lemas.
Sedih. Akhirnya aku tertidur menelan pusing. Mengusung
mimpi yang masih terkungkung.
Anak.
Aha! Bunda ada di rumah hari ini. Aku senang
sekali, tralala trilili… gembira hati ini. Biasanya bundaku pergi ke kantor. Akhir
bulan, dia membawa uang untuk sekolahku, untuk susuku, untuk mainan-mainanku,
dan untuk pupur dan gincu-gincunya. Tapi hari ini Bunda ada di rumah,
asyiiiiiik!
Oh, aki membisikkan sesuatu ke telingaku.
Katanya Bunda sakit. Tapi aneh, tidak ada luka di tubuhnya. Sakit apa memangnya
Bunda? Tampaknya ia masih bisa berjalan, masih bisa bicara, masih bisa
bernyanyi walau suaranya pelan. Ah, Bunda tidak sakit ah. Mumpung Bunda ada di
rumah, aku ingin bermain dengannya. Ingin dimasakkan spaghetti kesukaan dan
pancake bertabur gula. Aku ingin dimandikan, aku ingin semua-mua dengannya,
mumpung Bunda ada di rumah. Karena besok-besok, ia akan pergi ke kantor lagi. Tapi lagi-lagi aku ingat, kata aki bunda
sakit. Aku harus hati-hati, aku tidak boleh ini itu untuk sementara waktu.
Sedih. Akhirnya aku pun tertidur di
sampingnya sambil mengesampingkan keinginanku.
No comments:
Post a Comment