Ada apa dengan aku dan tulisan-tulisanku belakangan ini?
Kemana kata,
kemana rima,
kemana cerita,
kemana rasa mendayu-dayu yang menguras air mata dan mengusung keagungan memulung serpih cinta?
Apa iya kata-kata indah harus berpangkal rasa yang menyakitkan?
Apa iya rangkaian makna harus berasal dari asa yang patah?
Apa iya aku telah melewati itu semua sehingga semua perbendaharaan kata pun raib dengan mengeringnya air mata?
Kalau memang iya,
aku tak tahu harus sedih ataukah bahagia.
Tapi aku tetap menulis,
meski kini tulisanku lebih banyak tentang hari-hariku yang mungkin tak lagi puitis.
Mungkin kata-kata sastra yang dalam itu terlipat diantara gurat-gurat rasa
yang kini tak lagi melulu terungkap melalui tulisan
tapi juga tertuang melalui sentuhan dan curahan perlakuan yang tak berkesudahan
Ada apa dengan aku dan tulisan?
Tetap mencinta, hanya saja bentuknya sedikit berbeda.
No comments:
Post a Comment