Slighest Dream

Inilah 3 minggu mimpi terindahku.

Sampai akhirnya hari ini, Senin 31 Januari 2006 atau 2 Muharam H, aku terbangun oleh asingnya cericit seekor burung di pepohonan di halaman rumah orang tuaku. Biasanya cuma terdengar cericit burung gereja yang menemani pagiku selama 10 tahun terakhir, tapi kini rupanya ada burung asing.

Seasing perasaanku saat aku melangkah keluar dari kamar mandi dan bertelanjang di depan kaca. Bulat. Kuamati setiap lekuk tubuhku. Namun, … ia tidak ada lagi di sana. Perutku yang kembali mengempis tanpa sempat pusarnya menyembul keluar. Perut yang selalu kuelus, kuoles dengan minyak, yang senantiasa kubisikkan doa-doa.
Bayiku, … tak lagi bersamaku.

Inilah hari pertama kerapuhanku, terbangun dari mimpi betapa mulianya menjadi seorang ibu.

***

Dan Inilah hari terindahku, di awal 2006. Tepatnya hari Jumat pagi, 6 Januari 2006.

Dengan malas, aku pun terbangun dari mimpiku.
Aku bermimpi perutku membuncit dan ibuku marah-marah karena aku tidak juga tes kehamilan.
Segera aku bangkit ke kamar mandi, menampung air seniku di tabung kecil, berusaha tak berharap kali ini akan memberikan hasil yang berbeda.

Garis pertama pun muncul. “Ah, … negatif lagi kan?!” bathinku sambil bersih-bersih dan bersiap mandi. Namun tak lama, kuperhatikan muncullah garis ke dua. Warnanya jauh lebih muda dari garis pertama, sehingga aku bingung apakah muncul dua garis atau hanya satu garis saja. Lalu aku pun berlari ke kamar, bertanya pada suamiku.
“Coba, ini dua garis atau satu garis, sih?”
“Dua. Emangnya kenapa?” Tanyanya tanpa tahu apa arti keduanya.
“Kalau dua garis, artinya positif.” Kataku, … masih tak percaya. Lalu suamiku pun, segera memelukku.

Langkahku ringan sekali pagi itu. Aku segera log in ke Yahoo Messenger, bertanya ke teman-teman yang sudah pernah hamil sebelumnya dan memberitakan kebahagiaan ini. Dan aku pun langsung daftar ke Rumah Sakit terdekat, untuk memastikan kehamilanku.

Makan siang, Uya dan Step mengantarku ke Apotik Mahakam, beli +HCG test pack. Kata temen-temen sih, test pack yang satu itu cukup akurat dan hasilnya langsung terbaca + atau -. Lalu toilet kantor pun menjadi saksi, … aku hamil! Hihihihihi….
Dan sorenya, test lab pun membuktikan aku positif hamil, Cuma saat di usg memang belum terlihat apapun di dalam rahimku. Mungkin karena kehamilan yang sangat muda.


Sejak hari itu, hidupku berubah. Cara pandangku terhadap hidup pun, … ikut berubah. Serta merta aku lebih banyak tertawa, lebih banyak berdoa, lebih banyak berpositif thinking, beberapa bilang jadi genit. Bajuku selalu warna-warni, dan aku selalu berhiaskan kalung-kalung panjang yang tidak pernah aku kenakan sebelumnya. Skrip-skrip televisiku pun, ikut berubah. “So many psychedelic things, are you writing under chemical substance?” Tanya ECDku. Well, … mungkin ya. Bukannya saat hamil ada hormon-hormon tertentu yang meningkat dan memacu otak?

Ngidam pertamaku adalah Bubur Barita. Bubur enak yang terletak di jalan Barito. Sudah lama aku pengen makan bubur ini, tapi suamiku belom sempet-sempet juga. Akhirnya, … aku memenuhi ngidam pertamaku sama Uya dan Tep, 2 art director yang jadi partner SIAGAku (SIap Antar jaGa), … girl power!!! Selebihnya, … aku sempet makan Bubur Barita 2 kali lagi, sama Pumpy suamiku lalu … Uya & Tep lagi!!!!! Yang ke dua kali sebenernya Tep yang ngidam, … tapi dia mengatasnamakan kehamilanku :D

Senangnya, karena aku nggak sendirian menjaga kehamilanku. Teman-temanku selalu mengingatkanku untuk makan yang sehat, nggak pake sepatu hak tinggi, nggak naik turun tangga, nggak marah-marah, nggak stress, automatically nggak ngerokok deket aku, atau dengan sukarela ngajak ngemil atau ngebeliin aku sesuatu. Chaya, meminjamkanku VCD lengkap untuk trimester pertama, ke dua sampai persiapan menuju kelahiran. And guess what, … she's not even married!

Percayalah, inilah 3 minggu yang paling membahagiakan dalam hidupku.


Kamis malam, 26 Januari 2006
Malam ini aku merasa gamang. Besok waktuku mendatangi dokterku, untuk yang pertama kali setelah 3 minggu aku mengetahui bahwa aku hamil. Susah memang menyelip diantara ratusan pasiennya.
Di tengah kegamangan aku pun mengaji, memanjatkan doa. Semoga ia terlahir sehat fisik dan bathinnya, semoga ia terlahir dengan sifat-sifat indahNYA, semoga ia menjadi anak yang memiliki nurani, semoga ia menjadi anak yang punya empati dan toleransi, semoga ia menjadi anak yang kuat pendiriannya, semoga ia jadi anak yang bermanfaat untuk semesta.

Jumat, 27 Januari 2006
Hari ini tidak seperti hari Jumat lainnya. Tiba-tiba aku sms suamiku, memintanya untuk berderma dan berdoa saat sholat Jumat, semoga waktu control malam nanti, our beloved baby will be just fine.
Dan pagi ini, aku terbagun dari tidur dan menuliskan sebuah puisi untuk anakku.

Aku dan dia

Siapa aku?

Kamulah mahluk kecil dalam rahimku
Yang kutunggu
Sampai akhirnya “Kun fayakun!” tercucap
Oleh Tuhanku, … Tuhanmu.

Lalu siapa kamu?

Akulah ibunda, yang akan menjawab setiap tanyamu,
Yang akan membagi tawaku,
Yang akan mengajarmu menyentuh dunia
Dan memberimu segenap doa.

Dimana aku, Bunda?

Kamu mahluk kecil dalam rahimku,
Menggelitik, seperti kupu-kupu yang hinggap di perutku.
Ada dalam gelap,
Tapi kutahu di sana kamu dapat terlelap.

Bersahabat degup jantungnku,
Berninabobokan gelembung-gelembung lembut di sampingmu,
Di dalam sana, … dapatkah kau dengar bahagiaku?

Tapi tak kan lama kau di sana,
Hingga tiba waktunya.
Kau akan mengecap betapa besarnya Tuhanmu
Dan bertemu denganku, Ibundamu

Anakku,
Jika kau bertemu Tuhanmu di dalam sana,
Tersenyumlah, karena ia akan mengajarkan segala hal
yang ingin kau tahu
Dan tolong titipkan, rasa terima kasihku yang
teramat besar kepadaNYA


Tapi hari itu, aku nggak pernah menjejakkan kakiku ke MMC, dimana dokter yang biasa kudatangi praktek. Melainkan ke Rumah Sakit terdekat, Medika Permata Hijau, dan terbaring di kamar yang tepat bersebelahan dengan seorang ibu yang akan melahirkan anak pertamanya. “Ya Allah, maafkan dosa saudariku. Ringankan sakitnya, mudahkanlah jalannya, dan sehatkan ibu serta bayinya.” Doaku. Air mataku pun menetes, … “Apakah aku dapat mengantarkan anakku ke dunia?” Tanyaku. Di luar, menunggu suamiku dan ibuku. Aku harus bed rest total, karena pendarahan yang aku alami sejak jam 3 sore tadi.

Tiga hari kemudian, nggak banyak yang berubah. Malah lebih parah. Hari ini tak hentinya darah segar menetes, walau aku bergerak sedikit saja. Hari ini aku pasrah, aku ikhtiar, … apapun yang terjadi pastilah hal terbaik. Malamnya, diantar ayah dan ibuku, aku pun ke MMC. Di sana telah menunggu suamiku dan kursi dorong. Aku pun segera diantar ke maternity room MMC dan bertemu dengan dokterku. Saat USG, dokter pun bilang kalau janinku tidak berkembang, … karena virus Rubella yang aktif dalam tubuhku. Dan keesokan harinya, luruhlah janinku.

Inilah hari pertama kerapuhanku, terbangun dari mimpi betapa mulianya menjadi seorang ibu. Bayiku, tak lagi bersamaku.


Wury’s thanks for the most beautiful three weeks dreams to:


Pumpy, I always love you Pump. This one’s for the blissful marriage.

Mamah, for taking care of me, … all my life.

Ibu, untuk semua doa-doanya.

Uya & Tep, untuk jadi partner SIAGA dan nemenin makan dimanaaaaaaa aja :D

Erika, Retno & Tata, for being a very true and supportive best friend.

Adik-adikku, Wika, Mara, Lina, for your happiness and prays :)


Astrid & Farika, temen senasib yang masih berusaha untuk hamil. Let’s get it on, Babe! Ciayoooooo!!!

Mba Amel, for the tutorials and tips.

Bi Asih, Mak Tuo & Beamy’s Mom, Gita, Carol, Pras, Rio, Mas David, for all the pray and supports.

Comments

  1. **speechless**
    Harusnya ada banyak kata yang bisa aku sampein ke kamu, Wul... Tapi buat yang 1 ini, I'm so sorry...
    Well... Kalo gitu mari membangun "rumah" yang sehat dulu bareng-bareng yaaaa! :)

    ReplyDelete
  2. Anonymous4.4.06

    Wuri adikku sayang.. I'm sure Allah is preparing a so much better future for you and your Pumpy... Sabar ya... Luv you sis.

    ReplyDelete

Post a Comment