ramadhan 2014, hari #2: mother and daughter

saya dan ibu sedang duduk di meja makan, mereka-reka penganan bukaan yang enak di lidah. seperti biasa, luna mengekor kemana pun saya pergi. 

saya: 
kamu enggak bosan ya lun, ngintilin bunda terus? 
dari lahir, lho. enggak sedetik pun bunda boleh jauh dari kamu. 

ibu saya: 
ya enggak ya lun ya?
apalagi nanti kalau bundanya harus tugas ke luar kota, pasti deh kehilangan. 

habis itu, saya dan ibu membahas sesuatu yang personal tentang lelaki-lelaki kami. dan beliau pun tertawa. terbahak-bahak, sampai saya tiba-tiba tercekat. berusaha mengingat kapan terakhir saya dan ibu tertawa bersama selepas itu. gagal. lupa total. 

iya, ya. 
enggak usah luna, ternyata saya yang sudah berusia 35 tahun pun enggak bisa jauh dari ibunda. dan melihatnya tertawa selepas tadi karena hal yang kecil, membuat saya sadar bahwa yang saya inginkan hanyalah melihat ibu bahagia. namun entah sudah berapa lama saya mungkin melupakan beliau. sibuk dengan kehidupan saya sendiri. 

sekarang, saya punya anak perempuan. 
terkadang ada juga terselip rasa khawatir. well, setiap ibu dan anak perempuannya pasti pernah bertengkar ya. diem-dieman. nah, apakah saya bisa menjadi seperti ibu saya, yang membuat saya ingin terus berdekatan dengannya. apakah saya bisa seikhlas ibu saya, yang tak lelah mendoa dan mau menerima setiap tindakan dan keputusan apapun yang saya buat. ataukah sebaliknya, saya akan menua dalam kesendirian. hanya karena saya terlalu merepotkan atau enggak oke untuk diajak temenan. 

walau rasanya egois untuk berharap anak-anak akan terus 'meriung' masa tua saya nanti, tidak dapat ditampik bahwa perasaan itu ada. 

mendidik anak laki-laki adalah menyiapkan mereka untuk bisa terbang. 
tapi mendidik anak perempuan adalah untuk  mengingatkan mereka agar tidak lupa kembali ke sarang. 

semoga saya bisa menjadi ibu yang lebih baik dari hari ini. semoga saya selalu bisa menjadi  penguat dan sahabat untuk anak-anak saya. seperti apa yang dilakukan ibu saya, untuk saya. 

amin. 

Comments