Posts

Showing posts from December, 2017

2017: what dad says about husband & wifey

Chapter 1: Enggak ada suami istri itu saling tanya "Lantas, mau kamu gimana?" dan mensyaratkan satu dengan lain untuk menjadi orang yang dikehendaki pasangannya. Saya rasa tidak begitu cara berumah tangga. Karena nanti, kalau sewaktu-waktu orang itu kembali kepada karakter dirinya, ya bisa ribut lagi dengan alasan "Kan dulu sudah ada perjanjian mau begini. Atau begitu. Tapi enggak kejadian." Menurut saya, dengan saling sayang, semua ketidaksempurnaan akan tertutup. Nah, bagaimana memelihara sayang itu? Dengan menjaga omongan. Jangan berkata yang kasar kepada istri atau suami. Saling menghormati. Hargai setiap jerih upaya masing-masing dan hargai saat mau waktu sendiri. Karena di kantor mungkin sedang capek, mungkin sedang ada masalah, kadang tidak semua bisa dibicarakan saat itu juga kepada pasangan. Ke tiga, ya disyukuri. Bersyukur dengan apa yang ada. Jangan cari yang enggak ada. Chapter 2: "Tidak semua perkataan perempuan / istri itu harus dimengert

2017: Tentang Tuhan

Nooooo!  Get out, get out! I want to get out! Bunda, wake up! Do not sleep there, there's a snake! Kata Luna, di suatu pagi buta, terbangun dari mimpinya. There was a snake.  It is small. It is bleeding.  It is okay. Ada bunda dan bubu, jangan takut lagi. Seprainya sudah diangkat, sudah diganti enggak ada lagi ular dan darah. Lagian, itu mimpi bukan betul-betul kejadian. Ada Bunda ya.  Emang Bunda enggak takut ular? And I was like hit by thunder. Of course, I am sooooo afraid with snakes. And Luna knows that. Hmmm, aku takut juga sih sama ular.  Nanti kalau ada lagi, kita pukul aja. Oke? Luna thinks for a while. Luna mau berdoa aja.  I might have died being hit by thunder twice. But her words are so ... thundering and englightening. And I think it was the moment she learns about the Almighty. The concept of God when she has no trust on power within and around her. ... and I learnt a lesson.

2017 tentang fungsi dan hati

Selama sekian tahun, weekend seringkali disisipi dengan reminder-reminder untuk menjadi normal dengan mandi. Pagi atau sore, atau salah satu diantaranya. Karena sewajarnya mandi itu dua kali sehari.  "Sudah mandi belum?" "Guys, mandi." "Kok belum mandi?" "Ya ampuuuuuuun pada belum mandiiiiii... mandi sana!" Hingga, hari itu tiba. Hari yang wajar. Dimana setiap weekend tiba, tidak lagi menjadi weekend yang tidak normal karena dia dan mereka selalu mandi dan wangi tanpa disuruh.  Lalu? Iya, lalu apa kalau sudah mandi?  Tidak lantas setelah mandi kemudian dihujani pujian-pujian surgawi, ternyata. Tidak semerta-merta setelah mandi akan dipeluk dan dicium juga, ternyata. Sudah mandi, ya sudah. Hening.  Lalu, yang kemarin ribut-ribut suruh mandi itu untuk apa?  Saat itu, saat dimana semua berjalan normal, weekend jadi enggak normal lagi. Karena enggak ada lagi suruh-suruhan mandi, suruh-suruhan makan, dan jadinya di