Posts

Showing posts from November, 2014

Hari ini, saya merasakan kekuatan cinta

Setelah kegagalan saya dengan bahtera (ciyeee) perkawinan saya yang pertama, agaknya saya jadi berhenti berharap akan sesuatu. Hmmmm, maksudnya, I do believe in hope, yes. But not to expect. Setelah turn-over besar dalam hidup saya itu, saya berusaha untuk ngejalanin aja kehidupan apa adanya. Apa yang bisa dilakukan, ya dilakukan. Kalau kepengen sesuatu dan mampu, ya dapetin. Yang jelas-jelas terlihat dan terasa ajalah, udah enggak mau lagi set up target yang gimana-gimana. Itu juga yang membuat saya memutuskan untuk berhenti kerja kantoran: karena pada saat itu memang saya lebih dibutuhin di rumah. Iseng-iseng punya bisnis kecil ya anggap aja bonus, karena memang enggak pernah terpikirkan sebelumnya. Mungkin itu sebabnya bisnis yang bentuknya kecil di mindset saya; tetaplah kecil. Belum terpikir untuk menjadikannya besar dan meraksasa. Niat saya, bisnis kecil itu tetap berjalan sampai Luna besar. Kali-kali aja seiring waktu, caramel bebikinan bisa jadi seperti nutella saat Luna puny
sudah berapa kali ya saya cerita, kalau setelah umur tujuh tahun itu tiba-tiba anak jadi 'gede'. makin punya keinginan, makin susah diatur, makin semau-maunya, makin gampang sakit hati, makin sensitif, dan tentunya mulai banyak konflik. tentunya semua itu enggak semerta-merta, sih. saat itu memang secara fisik pun mereka sedang berubah. yang paling jelas: gigi. mungkin, hampir semua anak umur 7 - 8 tahun gigi depannya ompong dua atau empat. iya, umur segitu waktunya gigi susu tanggal berganti gigi dewasa. alhasil, mereka juga dilanda krisis percaya diri yang amat sangat. walau rame-rame mengalami hal itu bersama temen-temen lain di kelas, tetap rasanya malu. apalagi kalau di kelas ada kecengan. duh.  umur segitu juga umuran masuk sd, jenjang sekolah yang range umurnya paling besar dibanding tk, smp dan sma. melihat teman-teman sekelas yang mulai beragam dan melihat ke atas, sang kakak kelas. bingung antara harus tetap jadi anak mama kaya waktu di TK atau harus jadi anak g

Who actually the rich people

Malicca few days ago.  He woke up and told me a story about his dreams. T: nda, titan mimpi aneh deh. Masa titan mimpi ada di kamar mandi, pipis, tapi atapnya bolong -bolong gitu. Kaya rumah orang miskin. Me: eh, apa itu orang miskin? T: orang yang enggak punya uang, jadi dia engga bisa betulin atap rumahnya kalo di mimpi titan. Me: hey, enggak gitu ah sayang. Do you know, ... the poor people you mentioned just now; is the richest man however. T: lho, kenapa? Me: coba titan perhatiin. Kalau mereka pergi, mereka selalu bawa bekal makanan atau minuman. Dan kalau orang minta, pasti mereka kasih. Coba kalau orang kaya, mereka ngga bawa bekal minum karena mereka pikir mereka bisa beli. Saat terpaksa engga ada yang jual, akhirnya mereka minta juga. Terus, orang miskin yang kamu bilang tadi, naiknya kendaraan umum. Semua orang boleh naik selama space-nya masih ada. Tapi orang kaya yang menurut kamu  punya uang, mereka naik mobil sendiri dan orang lain engga bol

spinach chips

Image
as an attempt for finding alternatives for healthier snacks and to set up good habit for kidos to eat more veggies, i finally found some vegetable chips recipe. i tried this one because it looked easy and it actually was. i did not use parmesan cheese, instead, i add some sesame oil and a dash of salt.  we love the taste. i got the recipe from here .

books update

Image
for the past month, i tried to awake my old reading habit. amazingly, i managed to read some books. hopefully, will read some more no matter how tired i am. what everyone is reading at the moment, i guess. i like it.  draggy book. almost did not finished it, but then I did.  the flow is too predictable and a bit rushy, the wordings are so so, but the content is nice. i want malicca read this book someday currently reading, hopefully not a waste of time.
untuk ibu rumah tangga yang sendirian ngurus dua anak dan rumah (dan saya yakin bukan cuma saya aja yang mengalami ini), menunaikan perjanjian ke dokter bukanlah perkara mudah. pertama, meluangkan waktu untuk riset mencari dokter yang sesuai kata hati dan bisa diterima logika. ke dua, mengatur jadwal yang sesuai dengan aktivitas ibu, aktivitas rutin balita dan tentunya aktivitas si kakak; yang mana dialah yang harus bertemu dengan dokter matanya untuk cek up. saya enggak sebegitu rajinnya setiap tahun cek mata anak-anak, tapi buat titan; sejak lahir ini sudah yang ke tiga kalinya ke dokter mata. sebelumnya karena mata bintitan dan belekan terus, nah kali ini memang sengaja diniatin cek up karena kekhawatiran saya atas durasi main minecraftnya akhir-akhir ini. saya memang paling parno kalau sudah berurusan dengan mata. pernah saya ke dokter mata hanya karena kelilipan yang sudah seminggu lebih enggak kelar-kelar. ternyata benar, kelilipan serbuk entah apa yang amit-amit kecilnya dan k