lyfe, lately.

sejak titan masuk sd, memang ada perubahan yang besar yang saya dan ariawan lakukan terhadap pola pengasuhan. yaitu, membiarkan dia memilih dan mengenal konsekuensi. jangan pernah konsekuensi itu harus ditanggung orang lain alias ngerepotin orang lain. kita, orang tua, hanya memberitahu mana yang benar dan mana yang salah. sisanya, dia harus lakukan sendiri.

sekarang, titan sudah kelas dua. berarti sudah dua tahun perjalanan memperkenalkan dia jadi anak yang bisa bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. kita belum berhasil, saya harus bilang itu. tapi ini adalah proses dan kita, terutama saya, masih nabrak-nabrak juga dalam praktek sehari-harinya.

kenapa dimulai sejak sd? karena kita merasa seorang anak kalau sudah sekolah itu sebenarnya sudah mengerti tentang peraturan, tentang kewajiban, tentang orang lain. logikanya sudah berjalan. karena itu, mereka suka nyambung-nyambungin sendiri (connect the dots) yang kadang-kadang, nyambunginnya ya masih salah. nah, di situlah peran orang tua untuk ngelurusin.
trus, udah dua tahun kok masih nabrak-nabrak? hehehe, kalau ini sih salah saya yang kurang bisa konsisten dan masih terbiasa dengan pola pengasuhan anak model 'melayani' :)
ke tiga, karena saya tinggal dekat dengan orang tua. titan kepleset juga nyampe deh ke rumah aki - nininya. yang mana, seperti juga kakek - nenek yang lain, selalu ingin menjadi pahlawan buat cucu-cucu mereka.

enggak mau makan

malam ini, kita tabrakan lagi. masalahnya klasik: titan enggak mau makan makanan yang ada di meja makan. dia pengen nasi goreng telur. saya menguatkan hati untuk tidak memasakannya. saya bilang, makan yang ada enggak usah nyari yang ada. toh makanan yang tersedia sebenernya bisa dia makan, enggak ada yang pedas atau berbumbu aneh-aneh.

titan masih menolak makan.

lalu saya bilang, kalau mau menu yang lain silakan masak sendiri. jangan ngerepotin orang lain.
lalu dia ambil mentega, telur dan nasi. dari umur 4 tahun, titan memang sudah bisa masak nasi telur mentega sendiri. yang enggak bisa itu, sampai sekarang, adalah nyalain kompornya. terus dia duduk lagi. bibirnya mencucu.

tiba-tiba akinya datang membantu. katanya kasihan. saya bilang alasan saya, tapi dicuekin. sampai akhirnya ariawan yang dengan tegas bilang supaya tidak dibantu dibuatkan nasi goreng, karena hal itu cuma akan merusak nilai yang ditanamkan di sekolah dan nilai yang selama ini kita harapkan: mengambil keputusan dan menerima konsekuensinya. kalau titan memutuskan untuk enggak makan makanan yang ada, fine. konsekuensinya, dia harus masak sendiri apa yang dia mau. jangan ngerepotin orang lain.
to cut the story short, akhirnya titan makan pakai nasi hangat dan lelehan mentega aja. rasanya sama, cuma bikinnya enggak pakai api kompor. semua happy. kecuali saya sih, yang selalu khawatir anak enggak terasupi gizi. cuma ya sudahlah ya. seperti kata ariawan, kalo sakit ya tinggal ke dokter (hahaha, ... dasar laki!)

minecraft, minecraft and minecraft

peraturan main minecraft hanya di waktu weekend, berbuah jadi main minecraft sembunyi-sembunyi. dulu saya masih bisa mengawasi dengan ketat. tapi karena sekarang luna juga kesana kemari, titan semakin pintar menemukan celah waktu untuk main minecraft. selain itu, weekend juga jadi susah diajak kemana-mana dan ngetem di depan komputer berjam-jam lamanya bikin mata titan jadi kedip-kedip dan kadang merah dan bengkak karena kelamaan di depan komputer.

hadeuwwwwh!

pertanyaannya, mau sampai kapan saya harus mengawasi dia kaya mandor ngawasin tukang? kaya enggak percayaan aja sama anak.
pertanyaannya lagi, peraturan main minecraft di weekend ternyata jadi bumerang yang ngerusak mata dan aktivitas kebersamaan di hari minggu. salah siapa?

akhirnya, diputuskan bahwa titan boleh main minecraft di hari sekolah, tapi harus membayarnya dengan belajar sejumlah durasi yang sama. pengen minecraft, konsekuensinya harus diimbangi dengan belajar. durasinya? nah, ini yang harus saya dan titan lakukan bersama. saling percaya. akhirnya, dia main minecraft setiap hari dengan durasi tidak pernah lebih dari 60 menit :) karena dia tahu, kalau lebih dari 60 menit berarti dia bakal belajar lama banget sampe harus skip makan malam dan keburu ngantuk berat.

bunda ini, bunda itu, bunda gimana nih? 

sekali lagi, ariawan mengingatkan saya. bahwa dia gemes liat titan yang bentar-bentar "bunda ini" bentar-bentar "bunda itu" atau "bunda, ini titan dimana?" atau "bunda, gimana nih?"
pertanyaannya, mau sampai kapan anak minta tolong sama orang tua? kapan dia belajar mandiri?

untuk yang ini, saya harus ekstra sabar dengan waktu yang terulur untuk titan bisa menjawab sebuah masalah. setelah dipikir-pikir, bener juga sih. yang enggak legowo soal speed itu, seringkali, orang tua. maunya buru-buru terus.

pagi ini, saat saya mengantar titan ke sekolah, seperti biasa dia duduk dengan luna di belakang. hari ini, titan sambil minum susu karena belum sempat dihabiskan di rumah. tiba-tiba titan teriak "nda nda nda, tumpah nih gara-gara jalannya gruduk-gruduk! gimana nih, aduh gimana nih?"

o, ternyata susunya tumpah kena celana. amazing, tadi pagi saya bisa dengan tenang menepikan mobil dan bertanya "terus, menurut titan solusinya apa?" padahal, biasanya saya langsung ikut panik.
perlahan titan ambil tissue dan mulai mencecap susu yang tumpah.
"are you okay? mau balik lagi ganti celana?"
"no, i am fine. let's go."

yeay! ditraktir titan

sambil bercanda-canda jalan ke mobil sepulang sekolah, saya bilang ke titan.
"eh iya, bunda bawa dompet titan lho. kali-kali mau ke mcD, karena bunda lagi kepengen burger. uang titan ada 132.000"

uang itu bener-bener hasil jerih payah dan tetes air mata titan sendiri. literally.

saya paling anti kasih upah sama anak. tapi, akhir-akhir ini saya berpikir bahwa dia harus sudah mulai belajar konsep uang. tapi kalau cuma ngasih uang jajan aja, kok gimana gitu rasanya. kurang menantang. kalau kurang menantang, nantinya dia jadi kurang menghargai hasilnya.
akhirnya, saya putuskan untuk memberinya upah jika dia melakukan hal-hal di luar kewajibannya. uang sejumlah 132.000 itu lebih banyak dia dapat saat liburan lalu, dimana dia bangun pagi seperti akan pergi ke sekolah. mandi pagi dan sarapan di bawah jam 9. selain itu juga ada bonus dari peri gigi yang sudah menanggalkan 7 gigi susunya.

nabung enggak akan terasa nikmat kalau enggak tahu mau dibeliin apa nantinya. nah, itulah sebabnya hari ini saya bawain dompetnya titan dan mengingatkan dia kalau uangnya bisa lho untuk dipakai senang-senang secukupnya. tapi mau tahu jawaban dia?

"titan lagi enggak pengen makan burger, mau makan roti nutella yang bunda bawain dari rumah aja. tapi titan mau beliin bunda burger."

ya ampuuuun, panas-panas gini kaya disiram coca-cola deh denger anakku ngomong gitu.
terima kasih ya sayang, bunda bangga banget ditraktir anak makan cheese burger :)










Comments