Posts

Showing posts from September, 2014

telat dan telat banget

masih berkutat dengan anak yang terlalu santai berangkat sekolah dan akhirnya ... telat! ternyata saya masih belum legowo untuk menjadi fasilitas belajar. masih nervous kalau liat si anak nyantai dan enggak merasa ada yang salah kalau telat datang ke sekolah. saya orang  yang percaya, kalau saya ninggalin rumah sambil misuh-misuh, pasti sepanjang jalan sampai ke tempat tujuan itu enggak lancar. banyak yang bikin kesel dan semuanya jadi enggak bener. begitu juga pagi ini. saya bangunin titan sekali, and thats it. anaknya manis banget, lima belas menit kemudian kucuk kucuk turun tangga dan mandi. tapi along the way, karena dia merasa sudah bangun cepat, maka bersantai-santailah dia melakukan ritual-ritualnya. dia enggak ngerti, bahwa dia bangun cepat pun harinya sudah siang. alhasil, ya jadi telat juga berangkatnya. ndelalah di jalan kena metromini mogok pas banget di depan mata, trus kejebat gridlock di perempatan. di perjalanan, sontak dong saya nyerocos. paling juga nggak didengerin s

7ime for manners

supaya bisa makan dengan nyaman, saya biasanya nyiapin minum dulu sebelum mulai makan. begitu juga tadi malam. segelas besar teh manis hangat udah nangkring di atas meja, reward buat saya saat selesai makan nanti. ouw, ... nggak sabar pengen menenggak teh manis anget itu ... gluk gluk gluk! tiba-tiba, di tengah makan, ada tangan kecil menyambar gelas gendut teh hangat saya. "eh, enak aja. it is not yours." "dikit aja, nda. dikiiiit aja." "enggak boleh, that is mine." "bunda pelit" "emang!" lalu, saya melanjutkan makan dan melihat si bocah tujuh tahun bersungut-sungut sambil mengambil gelas dan mulai menuang air teh dan gula. saya liatin aja sambil senyum-senyum dan bilang "nah, itu kan bisa bikin sendiri. masa buat diri sendiri aja males, sih? jangan dong." ndelalah, si anak malah pasang tampang bete dan memutar bola matanya. DI. DEPAN. SAYA. saya langsung melengos, enggak mau liat. setelah makan, dan minum teh an

a little detour

"Nda, kamu enggak capek ngeburu-buru Titan seeetiap pagi, untuk pergi sekolah?" tanya ariawan suatu pagi. *saya diam. ya capek sih. dan saya yakin, ariawan tau itu. makanya dia nanya.* "yang perlu sekolah itu, anaknya atau kamu?" *glek* pertanyaan itu tiba-tiba membangunkan saya dari mimpi kelamaan jadi pelindung anak-anak. padahal, jauh di balik kekhawatiran terlambat sekolah; ada kekhawatiran lain lagi. yaitu keinginan untuk tetap bisa mengontrol ekspektasi hari itu. berangkat tepat waktu, itu berarti pulang ke rumah tepat waktu, luna sarapan tepat waktu, saya mandi tepat waktu, luna tidur siang tepat waktu, saya istirahat tepat waktu, semua tepat waktu dan hari itu pun berjalan normal sesuai dengan time slot yang sudah saya harapkan. iyes, pengharapan saya sendiri. tapi, saya malah jadi lupa; bahwa harapan supaya anak-anak jadi anak yang bertanggung jawab bisa dimulai dengan membiarkan mereka belajar memanfaatkan waktu mereka sendiri. kenapa sih saya enggak membi

Ikhlas itu...

... susah! I live in a world where a woman can be everything. Yet I don't have to be everything. sepuluh bulan sudah jadi full time mom di rumah. yeah, ibu rumah tangga lah judulnya. rasanya cepat sekali, engga terasa. melewati masa menyusui eksklusif, weaning, baby led weaning, graduation TK, orientasi SD, menyaksikan langkah pertama anak, menyaksikan cinta pertama anak, antar-jemput, gubrak-gabruk saat mom capek dan berubah jadi momster, melalui dua tifus, ... and keep rocking to this very moment. sepuluh bulan, dan masih mencoba untuk ikhlas. mencoba ikhlas bahwa yang dilakukan sekarang ini jauh dari penghargaan yang terukur. jauh dari takaran piala emas, perak atau perunggu di panggung perhelatan dunia periklanan. misalnya, rumah sudah capek-capek dibersihin ya pasti acak-acakan lagi dan harus dibersihkan lagi. atau saat sudah capek-capek masak, toh titan minta menu lain yang super simpel: nasi goreng ceplok telor. apa yang mau dihargai kalau bentuk karya ibu rumah tan