ramadhan 2014, hari #1: hikmah besar dari si kecil

sesuatu yang mampu menghikmah itu memang harus bersifat personal, jadi bisa mengena dan membekas. termasuk juga ramadhan. pesan massive yang diucapkan hampir semua ulama hanyalah pengingat, belum tentu semua orang memaknai hikmah ramadhan dengan cara yang sama. 

begitu juga dengan saya. lupa kapan terakhir mendulang hikmah ramadhan sepenuh hati, yang diiringi dengan perbaikan diri. tapi saya selalu bersyukur setiap ramadhan tiba, karena masih diberi kesempatan untuk bisa berbuka bersama keluarga besar di rumah orang tua. dulu waktu masih bekerja, saya selalu berusaha untuk berbuka di rumah saat buka puasa hari pertama. apakah itu pulang tenggo ataupun sengaja mengambil cuti.


khusus tahun ini, saat menjelang detik-detik terakhir memasuki ramadhan pun, hati saya rasanya hambar. saya kurang tergiur dengan iming-iming bulan pengampunan dosa dan mendulang pahala. karena menurut saya, yang namanya ibadah ya sudahlah mutlak untuk yang di atas. enggak perlu dihitung-hitung dan diharap balasnya. just do it. lalu berserah. kalaupun dibalas, ya alhamdulillah. banget. 


namun demi allah yang maha membolak-balikkan hati. tiba-tiba saya ingin menjalani ramadhan ini dengan lebih baik. jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. titik baliknya adalah karena saya ingat, pada ramadhan tahun lalu saya memiliki seorang anak perempuan. tanggal empat belas juli, tepat di hari ke empat belas ramadhan saat bulan membulat penuh dan saya beri ia nama la luna. kini ia tumbuh besar dan sehat dalam hitungan waktu yang tidak saya sadari. 


melalui ramadhan ini luna mengajarkan saya untuk menjadi lebih baik. diri yang lebih baik untuk saya sendiri. anak yang lebih baik untuk kedua orang tua saya. ibu yang lebih baik untuk anak-anak saya. istri yang lebih baik bagi suami. 


allah memberi hikmah ramadhan hari ini kepada saya, tidak melalui ulama ataupun takbir dan takzim yang agung. tapi melalui la luna, seorang bayi yang kecil. 


Comments