Empat belas tahun

Apa arti empat belas tahun? Dalam bentuk apapun, empat belas tahun tidaklah tergolong tua dan dewasa. Tapi tetap, sebuah waktu yang lama.

Jika ia menjelma menjadi sebuah pohon, batangnya tentu tidak terlalu besar untuk menahan badai. Tapi ia telah menemukan bentuknya dengan cabang-cabang utama yang menjulang ke atas dan ke samping mencari cahaya. Batang-batangnya lentur namun kokoh menopang bocah-bocah berayun. Dedaunannya menghijau. Kalau beruntung, ia telah berhasil menghasilkan dua atau tiga panenan. Untuknya, usia empat belas tahun mungkin belumlah apa-apa.

Lain lagi dengan anak ABG umur segituan. Lagi bau-baunya, lagi centil-centilnya, lagi pengen tau urusan orang dan kadang hal yang seharusnya belum tahu pun bisa jadi tahu. Baru mulai tumbuh bulu-bulu halus atau tonjolan-tonjolan di bagian tertentu. Usia labil tapi pengen eksis. Pengen eksis, tapi tertutup semua-mua dikasih password. Masa-masa ‘hayu ajah!’ Diajak nonton, hayu. Diajak bolos, hayu. Diajak nonton bokep, … apaan tuh? Hayu’ lah! Masa-masa yang bikin kangen karena saking bebasnya.

Bagaimana jika ia terjelma dalam sebuah botol anggur merah. Terdistilasi selama empat belas tahun. Matang. Dengan rasa manis dan sedikit pahit, paduan simfoni rasa yang siap hinggap di ujung-ujung syaraf indera pengecap. Merahnya menua. Tidak memabukkan, tapi mungkin akan membawamu pelan-pelan ke sebuah alam yang lembut lalu perlahan matamu pun menutup.

Bagaimana jika ia hadir dalam sebongkah awan? Dari sejak empat belas tahun lalu hingga sekarang warnanya tetap sama. Tetap lembut. Tetap menghiasi latar langit yang kerap kali sendiri. Yang tetap lucu dan tak tersentuh. Yang telah milyaran kali berubah bentuk dan berlari berarak-arak mengelilingi matahari. Awan yang selama empat belas tahun telah menjadi saksi bisu apa yang terjadi di bawah dan di atasnya.

Dalam empat belas ribu kilometer, ia adalah asteroid yang hampir mengenai bumi dan itulah jarak terdekat planet tempatku berdiri dengan sebuah benda langit.

Aku, memilih kamulah empat belas tahunku. Yang pernah hilang, terlupakan, terabaikan, namun akhirnya kembali. Pun serpihan yang hilang terserak dimana-mana dalam perjalanan empat belas tahunmu, jadi tak ada artinya dengan hadirmu hari ini.

Comments