Cawan Rindu
Kamu dan aku, dengan gelas di hadapan. Milikku adalah panas menggelegak dengan sebongkah gula manis tenggelam di dasar cairan pekat tapi masih tembus pandang. Beberapa kuntum melati kering mengambang di permukaannya. Aku pun menunggu hingga kepulannya mereda hingga bisa kuseruput dengan ujung-ujung bibirku yang mulai mati rasa. Milikmu adalah segelas besar dengan asap yang juga mengepul dan butiran-butiran keringat meleleh di dindingnya. Juga pekat namun masih tembus pandang. Sekilas seperti minuman di hadapanku, tapi bukan. Ada sedikit buih menari-nari terombang ambing di permukaan mengikuti ayunan tangan sang pemilik gelas. Kuseruput pelan minumanku. Oh, minumanmu pun terguncang lagi. Ia mengalir membasahi bibirmu yang membiru di musim dingin dan mengguyur ujung-ujung syaraf di lidahmu yang kelu karena nikotin. Milikku juga mulai mengalir membasahi tenggorokanku, juga melalui ujung-ujung syaraf di lidah yang juga beku, rindu saling menyentuh lembut, bertaut dan berpagut. Ada