Anggur terbaik di dunia

Botol anggur merah di hadapanku tiga perempat kosong. Seperempatnya sebentar lagi akan masuk ke kerongkongan dan merayapi saluran cerna sampai akhirnya menyerap dan bersatu dengan detak. Detak dalam detik yang menggelitik otak hingga membuatku mabuk.

Lalu kamu hanya tertawa. Kamu bilang, anggur tidak akan membuatku mabuk.

Siapa bilang aku mabuk anggur? Aku mabuk kamu! Kataku. Tentunya, dalam hati.

Anggur itu minuman para dewa. Mereka yang membuatnya, bukan manusia. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah anggur-anggur itu ditutup dan dibiarkan tanpa usaha. Hingga akhirnya berbagai rasa tercipta dan terasa begitu nikmat saat ia menyentuh ujung bibirmu. Katamu.

Kudengarkan kata-katamu dengan telingaku. Tapi tidak dengan pikiranku. Karena manusia-manusia kecil di dalam kepalaku lebih berani untuk mandiri dan menentukan sikap mereka. Dan kali ini, mereka memutuskan untuk sibuk dengan dunianya sendiri.

Tapi … dewa? Bagiku semuanya justru sangat humanis. Karena membuat anggur itu sama dengan menyimpan perasaanku untuk kamu. Kupetik, dan kusimpan bertahun-tahun. Aku tutup rapat, dan tak pernah kubiarkan alkoholnya bocor ke udara. Hingga saatnya tiba, ia akan meletup dengan sendirinya. Memberi hawa yang membuatmu terlena dan efeknya sama memabukkannya.

Kamu masih terus bicara. Sampai akhirnya kamu berkata. Ah, anggur ini telah membuatmu mengantuk. Oh, berapa kali harus aku bilang. Aku tidak mengantuk. Aku mabuk. Aku mabuk kamu! Kataku. Tentunya, dalam hati.

Tapi kamu tidak akan percaya kalau aku mabuk. Karena menurut kamu, anggur itu tidak memabukkan. Ya, kan? Kamu memang tidak pernah percaya aku. Tapi aku percaya kamu telah kembali. Dan kamu membawa anggur merah yang terbaik di dunia. Untuk aku. Darah yang mengalir dalam nadimu.

©wulliewullie.blogspot.com

Comments

  1. Aku mabuk.
    Karena kau terus menerus menyuntikkan endorfin ke dalam aliran darahku hingga bergejolak bagaikan ombak.

    Aku mabuk.
    Karena kau menenggelamkanku dalam pusingan imaji yang membuat jantungku berdegup cepat dan lambat secara bersamaan.

    Aku mabuk.
    Karena rasa hangat yang begitu kuat dari kulit bibirmu saat kita berciuman dan bercinta gila - gilaan.

    Aku mabuk.
    Karena ilusi tanpa henti yang kau sematkan dalam pikiranku, hingga aku tak mampu berpikir yang lain.

    Aku mabuk.
    Akan kamu.

    ReplyDelete

Post a Comment