812 greetings from bali













Matahari di Anantara

(aku pikir)
hari yang biasa
dimana ia telah selesai menempuh perjalanannya
dengan mata yang melorot, menyentuh ujung senja

(aku pikir)
hari yang biasa.
(aku rasa)
tidak.

di sini, hari ini,
di tempat yang sama
tapi dengan rasa yang berbeda

saat berada di titik akhir, aku berpikir bagaimana semua berawal

saat hari berkumpul, bergumul, meluncur tak beratur serta tak lagi mampu diatur dan aku, kamu, dia, dan mereka menjadi satu dalam hari. kita bertemu, bersinggungan dan bergandengan. kenapa hari ini? kenapa tidak hari kemarin? kamu. dia. mereka. aku. seringkali semua membuatku meronta. tapi lebih seringnya, … membuatku lupa.

(aku pikir)
hari yang biasa.
(aku rasa)
tidak.

tiga puluh kali aku mengelilingi matahari. tapi tak penuhnya aku mengerti diri, hingga detik ini. mungkin nanti, saat ragaku berganti dengan yang lain lagi. itulah kenapa Tuhan memberiku rasa? hingga aku tak hanya bertanya kenapa dan bagaimana?

(aku pikir)
hari yang biasa.
(aku rasa)
tidak.

seperti yang selalu digariskan, hari ini berbeda dengan hari kemarin. dan hari manapun. sama asingnya dengan hari-hari sebelum dan sesudahnya. seandainya aku tahu aku bisa selalu belajar dari keasingan di hadapanku, tak akan lelahnya aku ingin mengenalmu. karena aku dan kamu tak pernah sama, tapi bukan berarti kita selalu berbeda. dan kita bertemu lagi. bersinggungan lagi, bergandengan lagi sampai tiba waktunya. lagi.

(aku pikir)
hari yang biasa.
(aku rasa)
tidak.

saat mata menyentuh ujung senja dan hari telah hilang, menyisakan garis jelas berupa keyakinan dan harapan yang selalu menjadi bayang. maka ia pun pulang. mengepakkan sayap ke garis awan. kadang lelah, kadang patah, kadang menyerah. kadang cahaya kemarin lebih terang dari hari ini. dan esok, tak pernah memberi janji. tapi ia tahu, hari tak boleh berhenti. karena dia percaya, akan selalu ada cahaya yang membangunkannya esok hari.

(aku pikir)
hari yang biasa.
(aku rasa)
tidak.

Comments