Layang. Terbang. Pulang.

Akulah sang layang. Merentang, membentang, menari-nari di angkasa; gemulai mengikuti kemana angin bertiup. Berteman langit dan pepohonan, berpayung pelangi, bermata embun pagi. Menyapa burung, bernafas debu, telingaku meliar mendengarkan setiap bisikan.

Aku menatap ke kejauhan. Melampaui pandanganmu.

Ada jingga yang menyapaku di penghujung hari. Seraya melambaikan tangannya, ia berkata “Sampai Jumpa!” Dan aku pun tersenyum. “Aku tidak pernah pergi. Aku selalu di sini. Dan kutahu kamu akan datang lagi esok hari.” Kataku dalam hati.

Lalu aku dengarkan ceritamu, burung kecil bersayap mungil. Sayap yang mengantarmu menjelajah angkasa, meniti setiap lekuk angin dan menyecap gelombang dengan ujung jemari kaki.

Dan aku melihat batas biru diantara langit dan pelupuk mataku. Menggelegak, melambai-lambai memanggilku dari jauh. Aku membalas lambaiannya. Aku di sini. Kamu di sana. Ada antara disela-sela. Kamu terlihat begitu damai, tapi aku tidak pernah tahu betapa dalam kamu menyimpan. Aku hanya bisa melihat derumu dan mendengar desahmu. Dan bagiku, itu cukup.

Aku tidak sendiri di kegelapan. Ada jutaan bintang yang bernyanyi mengantarku ke alam mimpi. Dan embun pagi yang menyelimuti sekaligus menepis dahaga di setiap titiknya; membangunkanku di pagi hari.

Akulah sang layang. Dengan ribuan kilometer benang membentang. Rindu terbang.

Comments

Post a Comment